Selasa, 05 Mei 2009

MANAJEMEN SDM

MANAJEMEN SDM

Oleh Dian Herlambang Putra

SDM merupakan salah satu sumber daya organisasi selain sumber daya alam dan sumber daya modal di mana harus dikelola dengan baik dan hati-hati dengan memperhatikan cipta, rasa, dan karsa yang dimiliki oleh masing-masing individu. Cipta, rasa, dan karsa itu dikemas dalam satu sanubari mereka yang kemudian akan membentuk sikap dalam berperilaku. Hal ini sering juga disebut dengan perilaku diri.. Perilaku diri ini dapat dipengaruhi oleh kondisi alam dan kondisi sosial di sekitar individu tersebut. Perilaku diri ini sangat mempengaruhi kinerja individu dalam suatu organisasi. Jadi manajemen SDM adalah suatu proses dalam suatu organisasi tentang bagaimana cara untuk mengelola para pekerja atau karyawan agar memiliki perilaku diri yang baik untuk pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Manajemen SDM merupakan hasil dari aliran hubungan manusiawi dalam teori manajemen yang menekankan bahwa aspek sosial dan psikologi yang dimiliki oleh masing-masing karyawan dalam suatu organisasi menentukan hasil dari pencapaian tujuan organisasi tersebut. Perkembangan teori manajemen dalam bidang sumber daya manusia sangat menonjol seperti yang berkembang di negara Jepang yang dikemukakan oleh William G. Ouchi (yang kemudian teori ini menjadi teori Z) yang mengajarkan bahwa keberhasilan tujuan manajemen sangat dipengaruhi oleh suatu upaya yang dilakukan manajer terhadap sumber daya manusia secara keseluruhan yang ada. Keberhasilan dalam mengelola melalui penanaman pengaruh terhadap SDM merupakan kunci keberhasilan manajemen suatu organisasi.

Secara umum, beberapa gagasan dalam manajemen SDM, antara lain:

  1. Unsur manusia adalah faktor kunci penentu sukses atau kegagalan pencapaian organisasi.
  2. Manajer harus memiliki dan memahami prinsip-prinsip dan konsep-konsep manajemen, terutama yang berkenaan tentang SDM.
  3. Organisasi harus menyediakan iklim yang mendatangkan bagi karyawan untuk memuaskan seluruh kebutuhan mereka.
  4. Komitmen dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibatan para karyawan.
  5. Pekerjaan setiap karyawan harus disusun yang memungkinkan mereka mencapai kepuasan diri dari pekerjaan tersebut.
  6. Pola-pola pengawasan dan manajemen pengawasan harus dibangun atas dasar pengertian positif yang menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhadap pekerjaan.